Berita

Tanggapan Ketua Kaukus Nuklir Parlemen Terhadap Laporan McKinsey

Ketua Kaukus Nuklir Parlemen, Kurtubi menanggapi laporan dari McKinsey yang berjudul Persefektive Energi Global. Menurutnya bahwa laporan tersebut tidak sepenuhnya tepat untuk dijadikan acuan

"Dilihat dari rujukan ahli dan nara sumber yang tidak ada merefer Ahli atau Organisasi energi nuklir dunia, maka  kesan saya adalah bahwa laporan ini cenderung Biased sehingga tidak sepenuhnya tepat untuk dipakai sebagai acuan dalam menyusun Kebijakan dan Investasi Energi di Indonesia,"ujarnya pada kabar3.com melalui pesan singkatnya. Kamis, (14/03/19).

Politisi dari fraksi Nasdem itu juga menjelaskan, jika laporan ini juga menyentuh soal pengurangan Emisi Karbon dengan menafikan secara sepihak peran significant PLTN  terutama di Tiongkok dalam mengurangi share batubara dalam energi mix.

Dalam hal ini pada Faktanya adalah bahws pengurangan emisi karbon di Tiongkok secara significant justru disebabkan karena peran PLTN, jauh diatas peran Energi Terbarukan (ET)  PLTS Tenaga surya dan PLTBayu.  

Anggota Komisi VII DPR RI menjelaskan, bahwa analisa yang dilakukan seyogyanya dilakukan secara fair dan objektif, Meski PLTSurya dan PLTBayu dibanyak negara, termasuk di Indonesia sangat mahal dan tidak efisien karena sifat Intermitte yang tidak bisa dihapus.

Lebih lanjut ia juga menegaskan, dilain pihak PLTN yang nyaris nir-carbon dan stabil dengan teknologi dan safety system yang semakin canggih disertai cost yang terus turun.  

"Laporan McKinsey ini terlalu 'memfavoritkan' tenaga surya dan bayudan menafikan prospek peran energi nuklir dimasa jauh kedepan hingga 2050. Sebaiknya energi nuklir dan energi surya dan bayu saling melengkapi bukan saling meniadakan,"Pungkasnya.

Sebelumnya, Pakar nuklir dari Inggis Staffan Qvist menerangkan jika nuklir merupakan komponen penting solusi perubahan iklim. Ia melakukan kajian terhadap sistem keselamatan Thorium Molten Salt Reactor (TMSR500) yang rencananya akan dibangun oleh perusahaan perancang reaktor ThorCon, yaitu startup Thorcon, di Indonesia. []

Tulisan ini disadur dari situs berita online Kabar3.

Share: