PARAPAT (15 Desember): Anggota Komisi VI DPR RI, Subardi menyusuri jejak sejarah Proklamator Bung Karno di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut). Legislator NasDem itu menyempatkan bertamu ke rumah pengasingan Bung Karno di sela kunjungannya di Sumut, Selasa (15/12).
Di Kota Parapat, terdapat sebuah rumah kecil di tepian Danau Toba. Rumah yang dibangun Belanda pada tahun 1820 itu merupakan tempat pengasingan Bung Karno bersama Sutan Sjahrir dan Agus Salim. Mereka diasingkan sebagai tahanan politik sejak akhir Desember 1948 hingga Januari 1949. Di sini, mereka diawasi ketat oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Menurut Subardi, ada banyak pelajaran dari kisah pengasingan Bung Karno, termasuk soal perjuangannya.
“Saya merinding bisa menyaksikan langsung jejak Bung Karno, Sutan Sjahrir dan Agus Salim. Berada di sini seperti mendapat nasehat kehidupan agar kita tidak mengecewakan perjuangan mereka,†ujar Mbah Bardi, sapaan akrabnya.
Di rumah yang berdiri di atas lahan seluas dua hektar itu masih terdapat beberapa lukisan, perabotan, dan kursi yang sering dipakai Bung Karno. Foto-foto, koleksi buku, dan barang lainnya masih terawat dengan baik, meski barang-barang tersebut tidak asli lagi. Kini, rumah berukuran 10 x 20 meter itu dikelola Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Subardi pun berkeliling menyusuri setiap sudut ruangan.
“Menyusuri jejak para sesepuh bangsa sangat penting untuk refleksi diri, sejauh mana kita bertahan dan berkorban untuk bangsa,†kata Legislator NasDem itu sembari duduk di kursi yang pernah dipakai Bung Karno.
Selain menyusuri jejak para pendiri bangsa di pengasingan, wakil rakyat dari dapil DIY itu merasa sikap kenegarawanan ketiga tokoh bangsa itu patut menjadi teladan.
“Meski Bung Karno, Agus Salim dan Sutan Sjahrir berbeda pandangan, mereka bisa duduk bersama menyusun langkah-langkah strategis untuk masa depan bangsa,†tutup Subardi.(Nizar/*)