BANDUNG (19 Februari): Anggota DPR RI, Muhammad Farhan menggelar sosialisasi dan penguatan Empat Pilar MPR RI bertajuk 'Implementasi Nilai-Nilai 4 Pilar - Gotong Royong sebagai Mitigasi Bencana di Tengah Pandemi Covid-19' di Bandung, Jawa Barat, pekan lalu.
Pelaksanaan sosialisasi sudah sesuai Peraturan Wali Kota Bandung tentang Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Proporsional dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19. Sosialisasi itu juga menerapkan 5 M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Farhan dalam paparannya mengatakan, masyarakat saat ini bisa melihat sebuah fenomena alam, yakni bencana besar pandemi Covid-19.
"Minimal pandemi Covid-19 menguji kita untuk seharian memakai masker, karena bila tidak memakai masker, maka kita tidak melindungi diri sendiri dan orang lain," ujarnya.
Menurut Legislator NasDem itu, bencana lainnya yang saat ini terjadi di Indonesia adalah bencana alam. Saat musim pancaroba banyak terjadi banjir dan longsor secara alami ataupun karena ulah manusia.
"Semua bencana itu harus kita hadapi bersama, karena bagaimanapun juga, Insyaallah kita akan dapat melalui berbagai cobaan dengan kuat, tawakal, dan dihadapi secara bersama-sama," kata wakil rakyat dari dapil Jawa Barat I (Kota Bandung-Kota Cimahi) tersebut.
Entertainer yang terjun ke ranah politik itu menambahkan, dalam menghadapi bencana perlu ditunjukan adanya solidaritas yang tinggi. Namun yang paling tepat menurutnya adalah mitigasi bencana sebelum terjadinya bencana.
"Mitigasi bencana artinya melakukan langkah-langkah mulai dari pencegahan, hingga persiapan. Contohnya aktifkan selalu GPS atau Gerakan Pungut Sampah," katanya.
Farhan menegaskan, GPS adalah sebuah program yang luar biasa. Semua pihak harus mendukung dan melaksanakan secara berkesinambungan. Bukan hanya memunguti sampah, namun juga dampak positif lainnya yang diambil adalah kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
"Kita juga harus aktif di lingkungan kita apakah ada rumah tidak layak huni atau Rutilahu. Juga bila ada warga yang tengah melaksanakan isolasi mandiri namun tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya, harus kita bantu," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Farhan juga memaparkan tentang demokrasi dan kebebasan berpendapat.
"Dahulu ketika pemilu kita memang berkontestasi dan berkompetisi, namun sekarang lupakan itu semua. Mari kita mempersatukan diri kita, sebagai manusia-manusia beradab, satu bangsa Indonesia, dan bertanah air satu," ujarnya.
Farhan mengatakan, demokrasi di Indonesia sedang menuju pendewasaan. UU ITE yang dianggap menyembelih hak demokrasi dan ekspresi rakyat Indonesia menjadi gaduh.
"Namun yang paling penting adalah bukan UU ITE yang bermasalah tetapi apakah kita sudah mampu memimpin diri sendiri dan bangsa dengan hikmat kebijaksanaan dalam melaksanakan demokrasi. Apakah kita ketika mengekspresikan diri sudah menggunakan bahasa yang patut, pantas, dan cara-cara yang beradab, karena itulah salah satu bentuk kedewasaan berdemokrasi," jelasnya.
Menurut Farhan, masalah mengeritik pemerintah di media sosial diperbolehkan. Tetapi kata Farhan, disampaikan dengan cara elegan, bahasa dan etika yang patut dan pantas.
"Mari kita jaga kedewasaan berdemokrasi dengan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Jangan juga lupa sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, karena kita akan berjuang bersama-sama. Tugas saya saat ini adalah di Senayan," katanya. (RO/*)