JAKARTA (2 Maret): Kepatutan dan kepantasan berbahasa serta bersikap di dunia digital memang diperlukan, kata anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan menanggapi survei Microsoft yang menyebutkan warganet Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.

"Survei itu menunjukan bahwa memang masalah utama dalam bergaul di dunia digital adalah kepatutan dan kepantasan berbahasa dan bersikap," ujar Farhan, dalam keterangan tertulis, Selasa (2/3).

Legislator NasDem itu menegaskan semua pihak harus membenahi diri sendiri dalam bergaul di dunia digital.  Sebab, tambah Farhan, kini dunia digital adalah dunia baru dalam kehidupan sosial saat ini di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.

"Secara hukum dan regulasi pun, kita harus kritis dan terus menerus melakukan review atau tinjauan ulang kepada semua aturan hukum di seputar dunia telematika," kata wakil rakyat dari dapil Jawa Barat I (Kota Cimahi, Kota Bandung) itu.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang komputer di AS, Microsoft, melaporkan hasil studi tahunannya, "Civility, Safety, and Interactions Online 2020". Hasil itu dirilis bersamaan dengan temuan dari Digital Civility Index ( DCI) 2020.

Studi itu bertujuan untuk mengukur tingkat kesopanan digital dari pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya. Riset ini mencakup sembilan wilayah Asia-Pasifik yaitu Australia, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Berikut rincian skor untuk masing-masing negara di Asia Pasifik terkait kesopanan warganet:

1. Singapura, dengan skor DCI sebesar 59 poin

2. Malaysia, dengan skor DCI sebesar 63 poin

3. Filipina, dengan skor DCI sebesar 66 poin

4. Thailand, dengan skor DCI sebesar 69 poin

5. Vietnam, dengan skor DCI sebesar 72 poin

6. Indonesia, dengan skor DCI sebesar 76 poin

Perlu diketahui, Microsoft tidak memaparkan laporan DCI untuk negara Asia Tenggara lainnya. Namun, diungkapkan bahwa warganet Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara.(RO/*)