Berita

Tantangan Penanggulangan HIV/AIDS Harus Dihadapi Bersama

JAKARTA (2 Desember): Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Hasnah Syam mengatakan penguatan multisektor harus dilakukan untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada 2030. Tantangan penanggulangan HIV/AIDS seperti keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, biaya, hingga stigma dan diskriminasi dari lingkungan harus ditanggulangi bersama.

"Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS banyak bersumber dari sinergi antara pemerintah, komunitas dan masyarakat sipil. Harus ada kolaborasi dari berbagai pihak mendeklarasikan bahwa HIV bukan hanya masalah kesehatan, tetapi merupakan masalah pembangunan bangsa," ujar Hasnah dalam diskusi daring bertema 'Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030' yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (30/11).

Hasnah mengatakan Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dengan penularan HIV/AIDS yang besar. Tingginya infeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan HIV. Berdasarkan data Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada 2021, di Indonesia terdapat sekitar 540 ribu orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Legislator NasDem itu mengatakan terdapat berbagai tantangan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Bagi perempuan, ibu hamil dan menyusui tantangan untuk melakukan terapi pengobatan ialah adanya keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, biaya, stigma dan diskriminasi, hingga efek samping obat.

"Untuk anak dan remaja, bukan hal yang mudah untuk mengakses layanan kesehatan. Keterbatasan obat khusus anak dan hambatan hukum seperti kebijakan persyaratan usia juga menjadi alasan sulitnya mendapatkan pengobatan," imbuhnya.

Hasnah juga menegaskan, pemerintah bertanggung jawab menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia dan telah tertuang dalam Permenkes Nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu, juga telah dicanangkan strategi nasional menuju three zero HIV/AIDS 2030 yakni zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait AIDS dan zero stigma-diskriminasi.

Dalam rangka mencapai target itu, kata Hasnah, Kemenkes telah menerapkan strategi akselerasi STOP (Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan). Suluh dilaksanakan dengan edukasi yang menarget sekitar 90% masyarakat akan paham HIV/AIDS. Temukan melalui tes dini dan diharapkan sekitar 90% ODHA tahu statusnya. Obati dilakukan untuk mencapai 90% ODHA segera mendapat terapi Antiretroviral (ARV). Pertahankan, yakni 90% dari ODHA tidak lagi terdeteksi virusnya.

Untuk merealisasikan target pada 2030, Legislator NasDem dari Dapil Sulawesi Selatan II (Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare) itu mendesak agar semua pihak meningkatkan upaya pencegahan. Semua orang dengan hasil tes positif harus segera menjalani ARV, ODHA harus dibantu dan diprioritaskan untuk mendapat pengobatan yang optimal, serta tidak mendiskriminasi dan menyematkan stigma kepada mereka.

"Hambatan struktural dan nonstruktural perlu diselesaikan untuk menurunkan angka kasus HIV. Kecukupan ARV sebagai salah satu obat yang sampai saat ini masih dianggap paling efektif untuk menyembuhkan AIDS juga masih terbatas ketersediaannya, terutama untuk daerah yang jauh dari RS sentral, sehingga banyak kasus terpaksa putus obat. Negara harus memprioritaskan perempuan, anak dan remaja, sehingga kita dapat mengakhiri HIV/AIDS pada 2030," tegasnya.(dis/*)

Share: