JAKARTA (6 Desember): Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita Runtuwene mendukung pemanfaatan daun kelor dalam mengatasi stunting. Menurutnya, stunting masih jadi permasalahan yang belum bisa diatasi sepenuhnya. Salah satu provinsi dengan angka prevalensi stunting tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Felly mengatakan itu saat Komisi IX DPR menerima audiensi Tim Moringa Provinsi NTT, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/12). Tim Moringa menyampaikan upaya Pemerintah Provinsi NTT dalam menurunkan angka stunting di NTT melalui pemanfaatan produk olahan tumbuhan kelor atau marungga.
Felly mengatakan, selain mudah tumbuh dan bisa ditanam di halaman rumah, tanaman dengan nama latin Moringa Oleifera itu sangat bermanfaat.
"Khasiat daun kelor atau yang biasa dijuluki Superfood ini tidak perlu diragukan lagi. Bahkan WHO pun mengeluarkan kajian tentang marungga sebagai salah satu sumber alternatif untuk mengatasi malnutrisi," ujar Felly.
Legislator NasDem itu menilai adanya perbedaan yang signifikan antara prevalensi stunting proyeksi nasional dengan kondisi riil yang ditemukan di lapangan. Menurutnya, kasus stunting masih sering ditemukan di berbagai daerah.
"Karena itu, dibutuhkan penanganan multisektor dalam mengatasi stunting," tandas Felly.
Sebelumnya, disampaikan bahwa Marungga NTT dapat menjadi alternatif solusi dalam penanganan stunting dan telah dibuktikan dari beberapa penelitian bahwa pemberian serbuk marungga mampu meningkatkan berat dan status gizi. Selain itu, Marungga NTT merupakan yang terbaik di dunia setelah Spanyol.
Dengan memberikan serbuk Marungga NTT dalam penanganan stunting, juga berdampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat secara kelompok maupun perorangan di Provinsi NTT.
Tim Moringa juga mengusulkan agar Marungga NTT dapat dimasukkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) untuk menjadi salah satu unsur tambahan olahan pangan pada menu PMT (pemberian makanan tambahan) baik bagi balita maupun ibu hamil. (dpr.go.id/*)