JAKARTA (13 Desember): Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Roberth Rouw mengatakan diperlukan peta jalan (roadmap) antisipasi arus mudik jelang hari-hari besar. Peta jalan diperlukan untuk merencakan dan mengantisipasi keramaian arus mudik.
"Harus ada satu roadmap, peta penyelesaian tentang bagaimana mengatasi arus mudik hari-hari besar. Kita perlu punya, sekarang kan belum ada," ujar Roberth saat Rapat Kerja Komisi V DPR dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono, Kepala BMKG Dwikorita, Kepala Basarnas Henri Alfiandi, dan Kakorlantas Polri Irjen Firman Shantyabudi, di Jakarta, Selasa (13/12).
Roberth menegaskan, peta jalan itu diperlukan guna mengkoordinasi seluruh pemangku kepentingan saat terjadi arus mudik. Selain itu, agar tidak terjadi pembahasan berulang tiap tahun dan meminimalisasi miskoordinasi antarkementerian/lembaga.
"Jangan nanti setiap tahun mau Hari Raya Lebaran, Nataru baru kita bicara. Ini harus dilakukan jauh hari, harus sudah dipetakan," tandasnya.
Legislator NasDem itu juga mengingatkan Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri untuk menyelesaikan permasalahan mudik yang terus berulang tiap tahunnya.
"Kalau ada masalah bottleneck (kemacetan) sekarang ditinggal, tahun depan kita bicara lagi itu di Lebaran, Nataru. Tidak boleh seperti itu. Harus ada penyelesaian," ujarnya.
Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI itujuga menyinggung masih tingginya angka kecelakaan di moda transportasi laut. Menurutnya, salah satu penyebabnya ialah tidak lancarnya komunikasi Ditjen Perhubungan Laut dengan stakeholder, termasuk BMKG.
"Ini tugas Dirjen Perhubungan Laut. Berarti info yang diberikan BMKG tidak sampai pada pelaksana dan pengguna jasa angkutan laut. Kalau ada komunikasi dan semua taat aturan, kecelakaan di laut bisa dikurangi atau tidak ada lagi," imbuhnya.
Selain itu, Legislator NasDem dari Dapil Papua itu juga menyoroti kenaikan harga tiket transportasi jelang hari besar. Kenaikan harga tiket mesti dikendalikan agar tidak membebani masyarakat.
"Kalau di Jawa, misal Jakarta ke Surabaya tiket satu juta rupiah, naiknya juta. Kita di Papua, tiket lima juta rupiah, kalau naik bisa Rp10 sampai Rp12 juta. Berat sekali," tandasnya. (dis/*)