JAKARTA (17 Februari): Deteksi dini kesehatan ibu, anak dan balita di pusat-pusat layanan kesehatan harus digalakkan untuk mencegah pertambahan kasus stunting baru setiap tahun.
"Upaya deteksi dini kesehatan ibu dan anak di pusat layanan kesehatan di tingkat wilayah terkecil seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu) di RT/RW dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) harus benar-benar dijalankan secara proaktif untuk mencegah lahirnya bayi berisiko stunting," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/2).
Catatan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dari 1,9 juta-2 juta pasangan yang menikah per tahun, sebanyak 1,6 juta yang hamil di tahun pertama pernikahan melahirkan 300 ribu bayi berisiko stunting.
Catatan yang sama juga menyebutkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia kini masih 189 per 100.000 kelahiran hidup.
Temuan BKKBN tersebut, menurut Lestari Moerdijat yang akrab disapa Rerie, sangat mengkhawatirkan di tengah upaya menekan pertumbuhan kasus stunting di Tanah Air. Meskipun, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Menurut Legislator NasDem itu, upaya menekan angka stunting lewat perbaikan asupan gizi ibu hamil, anak dan balita harus konsisten dilakukan.
Di sisi lain, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem itu, upaya untuk terus memantau kecukupan gizi ibu hamil, anak dan balita lewat upaya skrining rutin juga penting dilakukan.
Melalui skrining kesehatan secara berkala, jelas anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, diharapkan sejumlah potensi penyakit yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan balita, dapat terdeteksi sejak dini.
Anggota DPR dari Dapil Jawa Tengah II (Demak, Kudus, Jepara) itu mendorong agar upaya deteksi dini kesehatan ibu hamil, anak dan balita bisa dilakukan serentak di seluruh Tanah Air dalam bentuk satu gerakan nasional, sehingga upaya untuk menekan jumlah kasus stunting signifikan.
Tentu saja, tambah Rerie, gerakan nasional deteksi dini kesehatan dan kecukupan gizi ibu hamil, anak dan balita itu harus didukung para pemangku kepentingan di pusat dan daerah, sehingga gerakan tersebut juga mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat luas untuk menjalankan pola hidup sehat pada keseharian.(*)