JAKARTA (4 Agustus): Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni menilai perubahan sirkuit ujian praktik pembuatan SIM masuk akal. Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri mengganti ujian dari dari manuver angka 8 menjadi huruf S.
"Kalau yang jalur S saya pikir merupakan kondisi yang kerap dihadapi pengguna jalan saat bernanuver menghindari obstacle (rintangan), jadi masih make sense (masuk akal),†kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Kamis (3/8).
Sahroni menilai jalur tes angka 8 yang diterapkan selama ini tidak masuk akal. Menurutnya, pengendara hampir tidak pernah menemui rintangan seperti itu saat berkendara.
"Intinya ujian SIM ini materinya harus relevan. Yang saya liat selama ini materinya seperti jalur angka 8 itu agak tidak masuk akal," ungkapnya.
Selain itu, Legislator Partai NasDem ink menunggu hasil evaluasi tes psikologi ujian SIM. Ia menginginkan tes tesebut mampu mengetahui kesiapan mental calon pemegang SIM.
“Jangan sekedar formalitas administrasi, cari pendekatan yang lebih up to date lagi. Kalau perlu libatkan ahlinya di sana,†imbuhnya.
Hal itu juga diperlukan mengingat banyak arogansi pengemudi yang marak terjadi. Diharapkan, dengan diperbaharui mekanisme ujian SIM ini para pengendara jadi lebih mengetahui etika dan aturan berkendara.
"Salah satu solusinya, pencegahannya, ya pada saat ujian SIM. Kesiapan mental, pemahaman akan hukum, serta pengetahuan lalu lintas pengendara harus benar-benar dipastikan,†tukas Sahroni.
Sebelumnya, Korlantas Polri resmi mengubah sirkuit ujian praktik pembuatan SIM dari manuver angka 8 menjadi huruf S. Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Latif Usman, mengatakan perubahan lintasan sirkuit ini mengakomodasi empat materi ujian praktik. Kini, ujian dilakukan tanpa materi tes zig-zag dan slalom. Lebar lintasan yang sebelumnya sempit juga diubah menjadi lebih lebar. (medcom/*)