Berita

Teguh Iswara Ajak Semua Pihak Jaga dan Rawat Warisan Budaya Nasional

JAKARTA (3 Juli): Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Teguh Iswara Suardi, mengajak segenap anak bangsa menjaga serta merawat warisan budaya Indonesia.

“Ketika bangsa lain seperti Belanda bisa menyimpan dan memajang budaya Indonesia di museum mereka, kita sebagai anak bangsa justru kadang lupa merawatnya. Kita tak boleh membiarkan budaya kita hanya menjadi artefak di negeri orang,” kata Teguh saat menjadi narasumer dalam Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII, di Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu (2/7/2025). 

Teguh mengajak para mahasiswa merenungkan makna menjadi Indonesia, sebuah bangsa yang dibentuk bukan dari keseragaman, tapi dari mozaik budaya, bahasa, dan kearifan lokal. 

Di hadapan para mahasiswa, Teguh memperkenalkan konsep sustainable aesthetics, yakni sebuah pendekatan yang memadukan fungsi arsitektur, nilai budaya, dan keberlanjutan lingkungan.

“Kita punya Rumah Panggung Bugis yang bukan hanya estetis tapi juga ramah lingkungan. Rumah ini berdiri bukan untuk gaya, tapi untuk menyesuaikan dengan alamnya. Filosofi seperti ini justru yang kini dicari dunia, lokalitas yang relevan secara global," ujarnya.

Ia menampilkan desain bangunan moderen yang tetap mengusung filosofi rumah adat, lengkap dengan akses inklusif untuk anak-anak dan penyandang disabilitas, ventilasi alami, serta pencahayaan yang hemat energi.

Teguh juga menyoroti kekayaan budaya Sulawesi Selatan. Di antaranya lukisan prasejarah di Leang-Leang, Maros, yang diakui sebagai salah satu lukisan gua tertua di dunia, serta tradisi pembuatan perahu pinisi yang masih lestari hingga kini.

“Kita punya ratusan aksara dan bahasa, termasuk aksara Lontara yang tercatat dalam naskah-naskah kuno. Bahkan, pernah digunakan untuk menerjemahkan teks penting bersama bangsa Eropa. Kita ini bukan hanya bangsa yang besar, tapi bangsa yang berilmu dan berbudaya sejak lama," urainya.

Nilai-nilai lokal bukan hanya harus dilestarikan, tapi bisa menjadi dasar inovasi masa kini. Bangunan, perencanaan kota, bahkan sistem sosial bisa dikembangkan dari kebijaksanaan leluhur jika gali dan menghidupkannya kembali.

Lebih lanjut Teguh juga menegaskan bahwa pembangunan tidak boleh tersentralisasi di kota besar, melainkan harus menjangkau desa-desa, pulau-pulau kecil, dan wilayah-wilayah perbatasan.

“Indonesia tidak akan berjaya hanya karena Jakarta. Indonesia akan besar karena anak-anak mudanya, dari Maros, dari Sumba, dari Fakfak, dari daerah-daerah yang jauh dari sorotan tapi dekat dengan semangat,” pungkasnya. (Nurhadi/Yudis/*)

Share: