
Irma Suryani Chaniago
No.Anggota: A-7 Dapil: SUMSEL II
“NasDem harus menjadi role model tentang partai yang modern dan elegan.†Demikianlah cara pandang visioner dari seorang Irma Chaniago. Gaya bicaranya yang tangkas, dengan kemampuannya berorasi dan menjadi organisator, begitulah kesan yang ditangkap dari politisi perempuan satu ini. Politisi NasDem ini terpilih dari daerah pemilihan Sumatera Selatan II, yang meliputi Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat, OKU Timur, OKU Selatan, Ogan Ilir, Empat Lawang, Kota Pagar Alam, dan Kota Prabumulih. Irma yang menjabat sebagai Ketua Umum Garnita Malahayati NasDem dan Gerakan Massa Buruh NasDem ini memang wajah baru di parlemen, namun bukanlah orang yang awam dalam hal ketenagakerjaan dan persoalan peningkatan kualitas hidup masyarakat banyak. Dengan kemampuan dan pengalaman yang telah banyak dimilikinya, Fraksi NasDem mempercayakan Irma Suryani untuk duduk di Komisi IX yang membidangi Tenaga Kerja & Transmigrasi, Kependudukan, dan Kesehatan. Bernama lengkap Irma Suryani Chaniago, politisi kelahiran Metro, Lampung pada 06 Oktober 1965 ini memang dikenal sebagai aktivis buruh yang telah banyak berkecimpung dalam perjuangan bersama buruh untuk mendapatkan hak-hak yang layak. Saat ini pun, ia menjabat Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan & Anak DPP Partai NasDem. Komitmennya bersama Partai NasDem adalah bagaimana meningkatkan kualitas hidup masyarakat kelas menengah ke bawah yang sebagian besar adalah buruh, yang rentan pula terhadap persoalan kependudukan dan kesehatan. Pernah aktif sebagai sekretaris jenderal Serikat Buruh Maritim & Nelayan Indonesia (SBMNI) ini memang memiliki pengalaman aktif di pelabuhan, seperti PT. Pelindo dan PT. Jakarta International Container Terminal. Ketua MPO Serikat Buruh Perkebunan Indonesia (SBPI) ini memang melihat perjuangan buruh tidak hanya melalui perjuangan aksi, namun juga melalui jalur partai politik. Ia melihat konsistensi Partai NasDem yang tak ingin menempatkan buruh dan pengusaha dengan posisi yang berhadap-hadapan, sebagaimana yang terjadi selama ini. Pola ini sesungguhnya disengaja untuk mempersulit komunikasi dan juga menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menjadi pekerja. Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta ini memang melihat perjuangan melalui parlemen merupakan hal yang tak dapat dihindarkan lagi agar peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia memang disuarakan oleh praktisi yang selama ini berkecimpung bersama masyarakat. Misalnya saja tak jauh-jauh, Irma Chaniago sangat konsisten memperjuangkan masuknya undang-undang mengenai Pekerja Rumah Tangga di prolegnas 2015. Hal ini sebagai contoh pasti, bahwa hak-hak kaum marjinal dan isu-isu yang selama ini sulit untuk diangkat ke permukaan, baik politik maupun regulasi, akan dapat disuarakan jika perempuan hadir sebagai perwakilan rakyat.