Subardi

Nama aslinya Subardi. Namun politisi NaDem ini populer dengan panggilan Mbah Bardi. Maklum dia sudah tidak muda lagi. Mbah Bardi lahir 4 September 1952 di Dusun Seyegan, Margokaton Seyegan, Sleman Yogyakarta. Ia anak pertama dari enam bersaudara pasangan Martosutoyo dan Zaenab. Subardi mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) tahun 1959-1965, lalu melanjutkan SLTP di STN Sleman (1965-1968) dan SLTA di STM Negeri I Yogyakarta. Lulus dari STM, dia melanjutkan studi sambil bekerja. Ia kuliah di fakultas hukum Universitas Wiraswasta Indonesia (2004-2007). Subardi melanjutkan studi di bidang hukum hingga mendapat gelar master di Universitas Jayabaya Jakarta pada tahun 2007-2009.



Seperti anak desa lainnya, Mbah Bardi -- karena keberadaannya sebagai anak sulung -- terbiasa membantu pekerjaan orang tua sehari-hari. Itu dilakukannya di sela-sela pergaulannya dengan teman-teman sekampungnya. Paling sering, Mbah Bardi kecil bermain sepak bola dengan temanteman kecilnya. Kegiatan itu biasanya dilakukan setelah membantu orang tuanya. Sejak kecil, Mbah Bardi dikenal luwes dan mudah bergaul dengan semua kalangan. Keluwesan seperti itulah yang menjadi karakternya dalam berpolitik di Partai NasDem hingga hari ini.



Di awal tahun 1973, Mbah Bardi mulai bekerja sebagai pelaksana bangunan di perusahaan kontraktor lokal. Pada tahun 1975, Mbah Bardi diterima sebagai pegawai di Jawatan Gedung-Gedung Negara Departemen Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2002, sebelum akhirnya mengajukan pensiun dini. Jiwa wiraswastanya semakin kuat saat Mbah Bardi pensiun. Tak kehilangan cara untuk mencari nafkah, Mbah Bardi banyak mendirikan usaha yang kemudian semakin memperluas cakrawala pergaulannya.



Di bidang sosial kemasyarakatan, Mbah Bardi sangat intens berkecimpung di beberapa organisasi kepemudaan, antara lain KNPI, AMPI dan MKGR. Dalam urusan sepak bola, Mbah Bardi aktif sebagai pengurus PSS Sleman sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2005. Kemudian pada tahun 2003-2011 Mbah Bardi mengabdi sebagai pengurus PSSI. Di sini, ia dipercaya sebagai pembina. Seiring perjalanan waktu dan keinginannya untuk selalu berada di semua kalangan, Subardi masuk ke dunia politik. Di matanya, politik memberi dan membuka ruang kepada siapa pun untuk berpartisipasi secara lebih luas kepada masyarakat, bangsa dan negara. Dengan alasan seperti itu, Mbah Bardi semakin mantap terjun ke dunia politik. Meskipun Mbah Bardi telah mengenal politik jauh sebelum pensiun dari PNS, keseriusan Mbah Bardi mantap berpolitik justru setelah era reformasi datang. Oleh sebab itulah pada 2004 saat pemilu kedua paska reformasi, Mbah Bardi mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI. Kesempatan pertama ini membawa dirinya duduk sebagai anggota DPD RI periode 2004-2009.



Sejak 11 November 2011, Mbah Bardi bergabung dan sekaligus ikut berkiprah mendirikan Partai NasDem. Mempertimbangkan reputasi dan pergaulannya, Mbah Bardi dipercaya oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menjadi ketua DPW Partai NasDem Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 2011 sampai saat ini. Beberapa karya politik Mbah Bardi antara lain memprakarsai pembentukan UU atas hak inisiatif DPD RI dan sekaligus menjadi ketua Pansus/Panja untuk UU Keistimewaan Yogyakarta, amandemen/perubahan UUPA dan UU Adat. Atas beberapa jasa dan pengabdiannya kepada negara, Mbah Bardi dianugerahi penghargaan Satya Lencana Kesetiaan Pengabdian oleh pemerintah pada tahun 1996.



 Mbah Bardi senantiasa bercermin pada jalan hidup tokoh-tokoh bangsa yang dikaguminya seperti Soekarno, Hamengku Buwono IX, Soeharto dan Gus Dur. Melalui Pemilu 2019, Mbah Bardi terpilih sebagai anggota DPR dari Dapil DI Yogyakarta.