JAKARTA (6 Maret): Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rachmad Gobel mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo untuk mencintai produk Indonesia.
“Kita harus mendukung visi Bapak Presiden,†ujar Wakil Ketua DPR RI Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) itu, Jumat (5/3).
Sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia industri dan perdagangan, Legislator NasDem itu sangat memahami pentingnya branding dan cinta negeri, selain pentingnya masalah kualitas, distribusi, dan pelayanan.
“Apalagi di era globalisasi, pertahanan terakhir adalah nasionalisme di bidang ekonomi. Ini sangat penting. Nasionalisme ekonomi merupakan bagian dari ketahanan nasional,†ujar Gobel.
Dengan globalisasi, tambah wakil rakyat dari dapil Gorontalo itu, setiap bangsa tidak bisa menutup pintu pasarnya secara penuh, sehingga semua barang dari luar negeri bisa masuk ke setiap negara.
"Namun dengan cinta produk dalam negeri, masyarakat akan tetap memilih produk dalam negeri," tegas Gobel.
Menurutnya, membeli produk dalam negeri berarti juga menghargai kreativitas, tenaga kerja, dan kesejahteraan masyarakat.
“Di balik sebuah produk, di dalamnya ada kreativitas, tenaga manusia, dan kemakmuran bersama. Ini yang sangat penting. Sebuah pengakuan terhadap kualitas sumberdaya manusia kita sendiri,†katanya.
Namun Gobel mengakui, tak semua barang kebutuhan masyarakat suatu negara bisa dipenuhi sendiri oleh masyarakat dari negara tersebut. Karena itu, katanya, kita bisa membeli produk-produk asing tersebut.
Selain itu, Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sulawesi DPP Partai NasDem itu mengatakan, ada juga barang yang bisa disediakan masyarakat Indonesia namun masih belum mencukupi kebutuhan secara keseluruhan. Dalam hal ini, masih tetap butuh impor.
Hal lain lagi, kata Gobel, ada juga barang bermerek asing namun diproduksi di Indonesia.
“Bahkan untuk yang terakhir ini, pemerintah bisa menentukan batas minimal yang harus dipenuhi tingkat kandungan lokalnya,†katanya.
Gerakan untuk menggaungkan cinta produk Indonesia ini, kata Legislator NasDem itu lagi, butuh imunitas budaya dari masyarakat agar tak mudah mengonsumsi produk luar negeri dan lebih memilih produk dalam negeri.
“Imunitas itu harus melekat di hati yang terdalam. Harus menjadi bagian dari karakter bangsa, bagian dari nilai-nilai dan budaya bangsa,†tegasnya.
Indonesia bisa mencontoh bangsa-bangsa lain yang lebih mencintai produk dalam negerinya. “Ingat, setiap membeli sebuah produk, yang terbayang adalah itu untuk menyejahterakan sesama anak bangsa, memuliakan kreativitas anak bangsa, dan membangun kejayaan serta memperkuat NKRI,†tukas Gobel.
Namun, Gobel juga mengingatkan bahwa untuk mewujudkan seruan Presiden tersebut harus dimulai dari pemerintah itu sendiri.
“Karena masih banyak proyek pemerintah yang menggunakan produk luar negeri. Pemerintah harus lebih konsisten. Padahal penggunaan produk dalam negeri akan menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan kerja yang besar,†katanya.
Untuk mendukung konsistensi pemerintah itu, kata Gobel, pemerintah harus mewujudkannya melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga inilah yang menyusun e-katalog, yang berisi daftar barang untuk pengadaan di pemerintahan.
“Jadi harus sekonkret itu agar seruan Presiden benar-benar bisa dilaksanakan. Terus terang saat ini belum konsisten. LKPP harus memperketat daftar e-katalognya. Jadi dimulai dari pemerintah sendiri,†katanya.
Dalam konteks ini, tambah Gobel, cinta produk Indonesia juga berarti membangun UMKM, karena keterkaitannya dengan industri besar maupun ada ekosistem yang memungkinkannya tumbuh akibat ada peluang yang diberikan pemerintah.
Gobel juga mengingatkan tentang pentingnya penerapan standar kualitas produk sesuai SNI.
“Di sini pentingnya pengawasan. Hal ini untuk melindungi konsumen, dalam hal ini masyarakat, sebagai penggunanya,†katanya.
Ia mengaku masih menjumpai produk-produk impor yang buku manual atau buku petunjuknya masih menggunakan bahasa asing. Ini merupakan contoh sederhana tentang tidak terkontrolnya produk yang beredar di Indonesia.
“Semua produk harus menggunakan manual atau petunjuk berbahasa Indonesia,†katanya.
Ia juga mengetahui bahwa 60% barang elektronika masih merupakan barang impor dan 70% barang elektronika merupakan barang illegal.
“Banyak merek tak dikenal, bahkan kita tak tahu di mana pabriknya tapi ada di pasar Indonesia,†kata Gobel.
Terkait mencintai produk dalam negeri, Presiden Joko Widodo menyampaikan seruannya dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan, Kamis (4/3).
“Branding harus melekat agar masyarakat lebih mencintai produk Indonesia dibandingkan produk luar negeri. Karena penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 270 juta jiwa, seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk sendiri,†kata Presiden.(MI/*)