JAKARTA (6 Oktober): Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Sugeng Suparwoto menerima audiensi Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) di ruang pimpinan Komisi VII DPR, Gedung Nusantara 1, Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (5/10).
Dalam audiensi tersebut, rombongan yang dipimpin Ketua Umum AESI, Fabby Tumiwa memperkenalkan kepengurusan AESI yang baru terbentuk dan program kerja 2021-2025. Hadir mendampingi antara lain I Made Aditya S., Bambang Sumaryo, Andreas Pandu Wirawan, dan Kanaka Arifcandang.
Fabby memaparkan perkembangan energi surya di negara ASEAN, bahwa Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia dan Vietnam. Indonesia baru memanfaatkan energi surya sekitar 900an Mega Watt peak (MWp), sedangkan Vietnam sudah mencapai hampir 20 Giga Watt peak (GWp).
“Namun kami yakin market hingga 2025 dapat berkembang sekitar 2 GWp tiap tahunnya. Dan setelah 2025 sekitar 3-5 GWp per tahunnya,†kata Fabby.
Mendengarkan kendala tersebut, Sugeng menyampaikan gagasan untuk membangun industri tenaga surya terintegrasi dari hulu hingga hilir. Bahkan lebih jauh mengusulkan lokasinya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Saya berharap AESI dapat membangun industri tenaga surya yang menyeluruh, sehingga tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dapat terpenuhi. Hal ini penting dalam rangka membuka lapangan kerja, memanfaatkan lahan yang relatif tidak terpakai supaya lebih bermanfaat, dan kita perlu membangun kemandirian teknologi tenaga surya. Pemanfaatan listrik yang dihasilkan dapat digunakan dalam pemrosesan hidrogen,†tanggap Sugeng.
AESI, tambah Sugeng, sepatutnya mampu menjadi motor penggerak dalam percepatan pengembangan energi surya di Indonesia. Sebab teknologi energi terbarukan saat ini yang dapat dinikmati masyarakat secara luas adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) roof top/PLTS atap.
“Saya di rumah telah memasang PLTS roof top sebesar 12.000 Kwp. Jadi saya secara pribadi telah memberikan contoh bahwa teknologi energi surya saat ini sudah sangat mudah dan terjangkau bagi masyarakat,†ujar Sugeng.
Legislator NasDem dari Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) tersebut juga menyampaikan perlunya peta jalan industri tenaga surya, sehingga para pengambil kebijakan dapat memberikan arahan yang jelas kepada para pelaku usaha terkait strategi pengembangan energi surya di Indonesia.
“Saya berharap, AESI dalam melakukan Rakernas bertempat di NTT, sebagai momentum bahwa kita memulai dengan sungguh-sungguh dalam pengembangan energi surya di Indonesia,†pungkas Sugeng.(Soni Fahruri/YN/*)