GORONTALO (20 Maret): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel, mengajarkan nilai-nilai yang harus menjadi pegangan bagi masyarakat. Salah satunya untuk menghindari praktik money politics saat pemilu.
“Memberi lebih mulia daripada meminta. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Bapak dan ibu harus paham masalah duit, do it, dan DUIT,†kata Gobel saat temu kader dan bakti sosial yang diadakan DPD Partai NasDem Kota Gorontalo, Minggu (19/3).
Ia menyatakan itu ketika sejumlah ibu berteriak, “popoi..., popoi..., popoji...!â€dalam acara yang berlangsung di Lapangan Padebuolo, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo.
Acara tersebut dihadiri Ketua DPD Partai NasDem Kota Gorontalo Lola Yunus, Ketua DPW Partai NasDem Gorontalo Hamim Po’u, dan Gubernur Akademi Bela Negara Partai NasDem Mayjen TNI Purn IGK Manila.
Dalam menanggapi teriakan sejumlah ibu itu, Gobel balik bertanya, “Apa artinya popoi?†Mereka serentak menjawab “Sakuuu...†Lalu Gobel menjawab lagi, “Kalau orang Jakarta mengartikannya doku atau uang.â€
Lebih lanjut Gobel menerangkan bahwa dalam politik ada istilah money politics, yaitu bagi-bagi uang menjelang Hari H pencoblosan dalam pemilu. Hal itu juga dikenal sebagai serangan fajar karena dilakukan di pagi hari pada Hari H. Melalui money politics, sang pemberi uang berharap para pemilih akan memilihnya saat pencoblosan di bilik suara.
“Itu tidak boleh. Itu namanya mea-mea (merah-merah),†kata Gobel sambil menyebutkan istilah dalam bahasa Gorontalo untuk merah-merah, yaitu warna uang rupiah bernominal Rp100 ribu.
“Uang itu adalah duit. Kalau dalam bahasa Inggris, do it artinya kerjakan atau lakukan. Jadi harus kerja keras, bukan berharap pada pemberian orang lain. Selain itu, DUIT juga adalah Doa, Usaha, Iman, dan Takwa. Masyarakat Gorontalo harus kembali kepada nilai-nilai ketika kita berjuang membentuk provinsi ini. Selama 20 tahun kita melupakan cita-cita saat itu. Kita harus gali lagi. Kita membentuk provinsi untuk membangun peradaban baru. Kita harus punya nilai-nilai, punya integritas, dan punya martabat,†kata Gobel.
Menurut legislator NasDem itu, jika masyarakat menerima money politics maka masyarakat telah menjual hak mereka.
“Itu sama artinya merendahkan martabat kita di hadapan Tuhan. Padahal saat lahir kita diazankan di telinga kanan dan diiqomatkan di telinga kiri. Kita sudah dimuliakan oleh orangtua kita,†imbuhnya.
Namun jika masyarakat menolak money politics, kata Gobel, maka masyarakat berhak menagih janji seorang politikus.
“Karena itu, setiap tahun, saya bisa lebih dari 12 kali ke Gorontalo. Bahkan bisa 17 kali. Saya mempertanggungjawabkan tugas dan kewajiban saya selaku anggota DPR. Saya menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat Gorontalo. Setiap datang, bukan sehari, tapi bisa satu minggu berkeliling menemui masyarakat,†katanya.
Gobel meminta kepada seluruh kader Partai NasDem untuk berjuang. “Ini bukan soal kursi, tapi untuk membangun. Juga bukan soal jabatan, tapi untuk memperjuangkan nasib rakyat. Satu hal lagi, untuk bisa memimpin memang harus menang. Tapi menang bukan untuk berkuasa. Menang untuk membangun,†katanya.
Partai NasDem bertekad untuk menang besar di Gorontalo pada Pemilu 2024 mendatang. Selain itu, Partai NasDem juga bertekad untuk merebut kursi gubernur, wali kota, dan bupati.
“Kami sudah punya konsep untuk membangun Gorontalo. Ini sudah 20 tahun tapi Gorontalo konsisten sebagai provinsi termiskin nomor lima di Indonesia. Kita harus mengubahnya. Ini bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita,†imbuhnya.
Gobel mengingatkan tentang peluang besar bagi Gorontalo untuk maju lebih cepat. Menurutnya, pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan akan memiliki dampak besar bagi wilayah di sekelilingnya, termasuk Gorontalo.
“Visi Bapak Presiden Jokowi ini harus ditangkap sebagai peluang besar untuk melakukan akselerasi pembangunan di wilayah Gorontalo. Jadi kemenangan Partai NasDem akan menjamin keberlanjutan pembangunan dalam mewujudkan peradaban baru,†katanya.
Selain itu, Gobel juga menghadiri sejumlah kegiatan lain seperti sosialisasi tentang transaksi nontunai bagi pedagang pasar. Acara itu berlangsung di Pasar Sentral, Kota Gorontalo, kerja sama antara Yayasan Cahaya Rakyat Gorontalo dan Bank Indonesia. Mereka menyosialisasikan fitur QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard).
“Untuk transaksi jual-beli tak perlu membawa uang tunai. Cukup dengan membuka aplikasi mobile banking lalu manfaatkan fitur QRIS,†jelas Gobel.
Kegiatan berikutnya ialah sosialisasi tentang bahaya investasi bodong. Acara itu diikuti para pelaku usaha dan masyarakat umum. Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Yayasan Cahaya Rakyat Gorontalo dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Di Gorontalo ini ada satu desa yang hampir semua penduduknya tertipu oleh investasi forex bodong. Ada juga yang tertipu pinjol ilegal. Pinjol itu seperti buaya. Siap menerkam siapa saja. Karena itu selalu biasakan cek ke OJK. Itu legal atau tidak,†ucap Gobel.
Selanjutnya, Gobel meninjau Lembaga Pemasyarakatan Gorontalo. Ia memberikan semangat dan motivasi kepada para narapidana untuk bisa bangkit. “Tak ada orang yang ingin masuk ke sini. Itu pasti karena khilaf,†ujarnya. (*)