JAKARTA (5 Juli): Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni mendorong Polri untuk membuka pusat pengaduan atau hotline bullying. Usulan tersebut disampaikan menyikapi kasus dugaan perundungan yang berujung kematian seorang anak di Medan, Sumatra Utara.
"Kita harus menghadirkan terobosan inovatif, karena kasus bullying ini sudah begitu mengkhawatirkan,†kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Rabu (5/7).
Sahroni juga meminta seluruh Polda membuat program edukasi di sekolah. Kepolisian bersama pihak-pihak terkait harus memaparkan bahaya dan jeratan hukum para pelaku bullying.
"Kalau perlu buat nomor aduan bagi siswa atau siswi yang sudah merasa terancam di sekolahnya," imbuhnya.
Legislator NasDem dari Dapil DKI Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu) itu menilai pembiaran bullying berdampak buruk pada karakter anak. Dikhawatirkan, sekolah menghasilkan pribadi-pribadi yang terbiasa merendahkan dan berbuat kasar kepada orang lain.
“Saya tidak ingin adanya pembiaran atas budaya-budaya buruk seperti ini, terutama di lingkungan anak dan remaja. Bisa saja awalnya terjadi di sekolah, namun akhirnya carry over ke lingkungan masyarakat yang lebih luas,†ujarnya.
Sahroni menyayangkan dugaan kasus bullying di Medan. Apalagi, korban merupakan anak di bawah umur.
"Ini sangat menyedihkan. Di mana pengawasan orang dewasa seperti orang tua dan guru dalam hal ini? Karenanya, saya minta polisi turun tangan, usut setuntasnya dan meski pelakunya anak, hukuman yang dijatuhkan harus maksimal,†tukasnya.
Baru-baru ini ramai dugaan kasus bullying yang berujung kematian seorang anak di Medan. Dalam pengembangan kasus, penyidik Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan sudah memeriksa 12 orang saksi terkait kematian anak berusia delapan tahun itu.
Berdasarkan keterangan, korban sempat mengaku dipukul hingga akhirnya trauma. Korban juga sempat dibawa ke rumah sakit. (medcom/*)