JAKARTA (2 Desember): Anggota DPR RI Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni menilai keputusan pemerintah mengurangi hari libur selama tiga hari pada akhir tahun 2020, tentu berdasarkan analisis data.
"Pemotongan hari libur yang dilakukan pemerintah sudah tentu merupakan hasil analisis dari data perilaku masyarakat di tahun-tahun sebelumnya," ujar Sahroni, Rabu (2/12).
Menurut Legislator NasDem itu, Presiden Jokowi tengah berupaya menekan pertumbuhan Covid-19 dengan membatasi mobilisasi masyarakat. Namun, kata dia, pemerintah juga tidak ingin membuat masyarakat merasa dikekang apabila pemotongan hari libur terlalu banyak.
"Saya rasa Presiden Jokowi sedang berusaha meredam pertumbuhan Covid-19 dengan membatasi pergerakan masyarakat. Namun sebisa mungkin tidak membuat masyarakat merasa dikekang dan akhirnya bisa menyebabkan stres," kata Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu.
Wakil rakyat dari dapil DKI Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu) itu menambahkan analisis pemerintah terkait pemotongan hari libur yakni melihat potensi berlibur ke luar kota semakin meningkat. Namun, pemerintah tidak mampu menahan sepenuhnya.
"Apabila ada libur panjang sebelum tahun baru, maka potensi untuk masyarakat berbondong-bondong liburan ke luar kota semakin meningkat. Mungkin memang tidak bisa menahan 100%, tapi daripada dibiarkan lepas kan justru bisa berbahaya," tegas Sahroni.
Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy mengatakan, liburan akhir tahun dipotong tiga hari terhitung dari tanggal 28-30 Desember.
Sementara, libur Natal dan tahun Baru tetap pada tanggal 25 Desember dan 1 Januari, dan ada pengganti libur Lebaran sebanyak satu hari pada tanggal 31 Januari.
Dengan adanya pemotongan hari libur itu, jumlah total libur akhir tahun ditambah dengan libur di Sabtu dan Minggu menjadi delapan hari.(RO/HH/*)