JAKARTA (4 Agustus): Indonesia tidak bisa terus bergantung hanya pada vaksin impor. Oleh karenanya pemerintah harus mempercepat pengembangan vaksin dalam negeri.
"Kita harus tetap mendorong (mempercepat pengembangan vaksin dalam negeri). Ini kan ada penemuan anak negeri," ujar anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Ratu Ngadu Bonu Wulla, Rabu (4/8).
Legislator NasDem itu mengatakan dukungan terhadap pengembangan vaksin temuan dalam negeri harus menjadi komitmen. Sebab, Indonesia mampu menciptakan berbagai inovasi penanganan pandemi Covid-19.
"Komitmen terhadap produk dalam negeri tidak bisa main-main. Apalagi kita punya peneliti-peneliti yang handal," ungkap dia.
Pemerintah tidak bisa lepas tangan terhadap kendala yang dihadapi peneliti lokal. Instansi terkait harus memberikan pendampingan supaya penelitian bisa berlanjut.
"Contoh, jika ada kendala dalam uji klinis, kita carikan jalan, masalahnya apa. Jangan ada pembiaran, tetapi di-follow up, didampingi," ujar dia.
Ratu berharap keberpihakan terhadap pengembangan vaksin lokal menjadi jalan keluar keterbatasan stok vaksin. Sehingga, pemerintah bisa menjalankan program vaksinasi dengan baik ke depan.
"Jangan kita hanya terpaku kepada vaksin yang ada saat ini (vaksin impor)," ujar wakil rakyat dari dapil Nusa Tenggara Timur II (Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Kupang, Rote Ndao, dan Kota Kupang) itu.
Sebelumnya, pemerintah menyampaikan realisasi vaksinasi Covid-19 sebanyak dua juta per hari sulit diwujudkan. Salah satu kendalanya yaitu keterbatasan stok vaksin.
"Jumlah vaksin yang siap suntik masih terbatas. Pemerintah berusaha mempercepat kedatangan dan kesiapan vaksin untuk segera didistribusikan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito di Jakarta, Rabu (4/8).(medcom/*)