Berita

NasDem Ingin Berpolitik dengan Gembira

JAKARTA (21 Oktober): DPP Partai NasDem bersama Forum Denpasar 12 menggelar diskusi Harmoni Budaya Indonesia dengan tema 'Panggung Komedi Sebagai Panggung Otokritik' di Ballroom NasDem Tower, Jakarta, Kamis (20/10) malam.

Hadir sebagai narasumber, anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI, Muhammad Farhan dan Ahmad Sahroni, advisor Institut Humor Indonesia (IHIK3), Maman Suherman, dan komika serta promotor Stand Up Comedy, Mo Sidik.

Dalam acara yang dipandu Bayu Oktara itu juga hadir antara lain Ketua Bidang Hubungan Sayap dan Badan DPP Partai NasDem, Ivanhoe Semen, serta Biem Benyamin, putra seniman legendaris Betawi, Benyamin Sueb, serta ratusan penonton dan komunitas Teman Tuli.

Dalam kesempatan tersebut, Farhan mengatakan NasDem ingin mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat, termasuk keluarga besar NasDem sendiri bahwa komedi merupakan bagian tak terpisahkan dari ekspresi masyarakat yang sangat menarik, sejak era punakawan sampai model lawakan Srimulat dan sekarang anak-anak muda mengembangkan Stand Up Comedy.

"Itu mengingatkan kita semua bahwa komedi adalah suara-suara rakyat yang ingin menyampaikan rasa hatinya, kekesalan, kefrustrasian, kritik dan lain-lain. Dan itu disampaikan dengan gembira. Dengan semangat politik Partai NasDem yaitu kita ingin berpolitik dengan cara yang bergembira," kata Farhan.

Lebih jauh Farhan menuturkan aspek dan koridor penting dalam menyampaikan kritik terutama lewat komedi alangkah lebih elok ketika saling menjunjung nilai-nilai keIndonesiaan yang saling tepo seliro atau tenggang rasa.

"Saya kira ada banyak nilai yang memang bisa membuat kita mengerti bagaimana cara menghormati pihak lain melalui sebuah komedi sehingga pesan untuk mengkritik pihak lain itu juga tersampaikan," tambah Legislator NasDem dari Dapil Jabar I (Kota Bandung, dan Kota Cimahi) itu.

Farhan melanjutkan, salah satu hal menarik dalam komedi adalah kendati tidak ada aturan tertulis tetapi ada aturan main serta semangat untuk bisa saling menghargai bagi setiap anak bangsa yang harus tetap dijaga.

"Inilah yang kita sebut sebagai salah satu bentuk budaya di mana budaya itu menunjukkan adanya rasa pengertian antara setiap anak bangsa dengan anak bangsa lain, kelompok dengan kelompok lain, sehingga apabila ada permasalahan bisa dikomunikasikan dengan baik tanpa adanya bentrokan," sambung dia.

Diskusi yang dikemas dengan suasana penuh kegembiraaan itu juga dihadiri sederet komika seperti Rizal Z. Dia menyampaikan pengalaman kesehariannya mengajar di Sekolah Luar Biasa Tuna Netra di Jakarta. Selain itu Fikri Kebot, dengan materi stand up comedynya berkaitan dengan keterbatasan yang dimilikinya tetapi tidak membuat dirinya terbatas.

Selain itu juga hadir Barrep yang sukses menghibur hadirin melalui stand up comedy menggunakan bahasa isyarat. Melalui kegiatan tersebut terpancar semangat panggung komedi yang ingin menyampaikan realita sosial dengan cara-cara jenaka.

Tak kalah dengan para komika lainnya di sesi kedua Muhammad Farhan dan Ahmad Sahroni bahkan beradu unjuk kemampuan stand up comedy dengan saling meroasting dan materi yang dibawakan keduanya sukses membuat hadirin terpingkal-pingkal. (wayram/dis/*)

Share: