WATES (3 Januari): Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Subardi mendukung pengrajin serat gedebog pisang, Tukimin untuk perluas pasar ekspor produksinya. Bahkan Subardi akan menggandeng mitra kerjanya di Komisi VI DPR untuk mewujudkan hal tersebut.
Respon positif tersebut setelah Mbah Bardi, sapaan akrab Subardi mengunjungi galeri Tukimin di Tanggulangin, Wates, Kulonprogro, DIY, Senin (2/1). Ia kagum dengan semangat juang Tukimin yang memberdayakan masyarakat sekitar, dengan memanfaatkan potensi alam menjadi barang bernilai ekonomi.
“Saya punya akses di beberapa mitra kerja, apalagi Komisi VI DPR bersama pemerintah telah meratifikasi perjanjian ekspor impor dengan Inggris, Timur Tengah, Australia dan beberapa negara lain. Peluangnya besar dan ini memang perlu pendampingan,†kata Subardi.
Ketua DPW Partai NasDem DIY itu berharap saat Bandara Yogyakarta Internasional Airport memperluas penerbangan internasional, pemerintah bisa membuka akses langsung para pelancong asing untuk berkunjung ke sentra produksi di Tanggulangin. Peluang itu akan membantu meningkatkan perekonomian lokal, terutama bagi para pengrajin sebagai sentra industri kreatif.
“Saya berharap ada akses khusus dari bandara untuk melihat dapur produksi di sini. Untuk mencapai itu perlu sinergi baik pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. Kualitasnya sudah bagus, kapasitas produksinya bisa ditingkatkan, sehingga menjadi sektor ekonomi unggulan di Kulonprogo,†kata Legislator NasDem dari Dapil DIY itu.
Tukimin, pembuat kerajinan tangan asal Dusun Tanggulangin, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulonprogo, DIY mampu menyulap gedebok pisang atau serat dari batang pisang menjadi barang bermutu. Pria 63 tahun itu menekuni profesi sebagai penganyam serat alam, khususnya gedebok pisang sejak 1996. Kini produknya semakin luas, bahkan tembus sebagian pasar Asia, Amerika, maupun Eropa.
Menurut Tukimin, serat gedebok memiliki tekstur berbeda dibanding serat alam lain. Serat gedebok lebih kuat dan lentur. Mengolah gedebok pisang mulanya perlu dikeringkan dengan cara dijemur selama beberapa hari. Hasil serat gedebok kemudian dianyam sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk kerajinan, seperti tas, keranjang, dan furnitur rumah tangga. Agar kuat, anyaman serat dilem dan diikat dengan benang. Tukimin juga menggunakan cat pemoles yang sesuai dengan standar negara tujuan ekspor.
â€Tampilan serat gedebok pisang umumnya kusam. Saya menggunakan cat pernis berbahan dasar air dan sudah memenuhi standar keamanan internasional,†kata Tukimin di galeri miliknya, Senin (2/1).
Tukimin mengisahkan perjuangannya merintis usaha itu tidak langsung berjalan mulus. Sejak 1996, ia mencoba pemasaran ke lokal sekitar Kulonprogo kemudian merambah ke Malioboro. Dari Malioboro lalu berkembang ke Bali. Produksinya perlahan dilirik agen-agen eksportir sehingga bisa menembus pasar ekspor.
Jumlah pegawai Tukimin yang awalnya hanya 20 orang, saat ini mempekerjakan 50 hingga 100 orang tergantung pesanan. Sementara bahan baku gedebok pisang didapatkan dari petani lokal. Bila pesanan banyak, Tukimin mendatangkan suplai dari daerah lain di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Tukimin optimistis, dengan dukungan dari Subardi kerajinan serat gedebok pisang memiliki prospek cerah. Terlebih negara tujuan ekspor menyukai produk-produk yang ramah lingkungan.
“Konsumen sekarang sudah jeli, sudah tahu produk kerajinan tangan berkualitas. Kalau di luar negeri mudah diterima karena produksi disini ramah lingkungan. Harapan saya, dukungan Mbah Bardi bisa mengangkat merk kerajinan dari Tanggulangin Kulonprogo lebih maju lagi,†pungkas Tukimin. (NK/*)