BANJARBARU (14 Mei): Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani, menekankan pentingnya pelayanan kesehatan bagi jemaah haji. Dia juga menekankan terkait mekanisme rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
"Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan masih belum berkoordinasi secara efektif dengan Kementerian Agama maupun Penyelenggara Haji," ujar Irma dalam Kunjungan Kerja Komisi IX DPR, di Embarkasi Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (8/5/2025).
Irma menilai kriteria dalam sistem rujukan yang berlaku saat ini masih menjadi hambatan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat kepada jemaah.
Pasien peserta calon jemaah masih sulit melakukan pemeriksaan kesehatan dengan rujukan harus ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Merespons hal itu, Irma mengatakan harus ada pengecualian bagi jemaah haji peserta BPJS Kesehatan
"Harus ada diskresi, harusnya ada pengecualian bagi jemaah-jemaah haji, sehingga mereka tidak perlu lagi harus ke puskesmas setempat baru kemudian bisa dirujuk ke rumah sakit haji. Artinya, BPJS Kesehatan harus sudah mulai berkoordinasi dengan FKTP setempat maupun dengan pemerintah daerah dan rumah sakit," ujarnya.
Melihat hal itu, legislator Partai NasDem itu pun dengan segera menghubungi Direktur BPJS Kesehatan untuk segera menindaklanjuti permasalahan tersebut.
"Alhamdulillah setelah saya sampaikan permasalahannya, saya minta segera untuk tindaklanjuti, dan responsnya pun cukup baik. Saya berharap dengan permasalahan yang ada saat ini, ke depannya dapat diminimalisir dengan harus terkoordinasi secara nasional," ucapnya
Lebih lanjut Irma mengatakan, pelayanan kesehatan bagi jemaah haji menjadi aspek penting untuk memastikan kesehatan dan keselamatan mereka selama menjalankan ibadah haji.
Irma menyoroti Program Kementerian Kesehatan yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang belum maksimal dijalankan di Kalimantan Selatan.
"Ini belum berjalan sebagaimana mestinya, karena memang fakta di lapangan, masih banyak orang yang memiliki penyakit berat. Jemaah haji yang berangkat lebih banyak yang sudah memiliki penyakit berat daripada yang penyakit ringan," ucapnya.
Terdapat lima penyakit risiko tinggi yang ditemukan pada jemaah, di antaranya hipertensi, diabetes mellitus, cardiomegaly, chronic ischemic heart disease, coronary disease.
"Nah ini kan harusnya bisa ditangani lebih dulu atau diberikan solusi dengan adanya program Germas itu. Ini harus menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Ini program yang selalu digaungkan, tapi belum dijalankan sepenuhnya," jelas Irma.
Tahun 2025, embarkasi Banjarbaru memberangkatkan 6.187 jemaah dari dua provinsi, yakni Kalimantan Selatan 4.300 jemaah dan Kalimantan Tengah 1.887 jemaah. (dpr.go.id/*)